Menyusuri Jejak Rasa: Kulineran Malang hingga yang Khas Blitar, dari Warung Tepi Jalan ke Legenda Tersimpan
![]() |
Kulineran |
Pagi Hari: Kulineran di Pasar Tradisional Malang
Pagi adalah waktu terbaik untuk menjelajah rasa yang paling
jujur: pasar tradisional. Di Pasar Oro-Oro Dowo, kamu bisa menemukan jenang
glintung, sejenis bubur manis yang dibuat dari tepung ketan dan disiram santan
hangat. Sambil berdiri mengantri, penjual yang sudah sepuh menyapa satu per
satu pelanggan, menciptakan suasana penuh nostalgia.
Pengalaman langsung dari seorang pengunjung bernama Rina,
warga Dinoyo, menyatakan:
“Setiap hari Minggu saya selalu ke sini hanya untuk jenang
glintung. Bukan cuma rasanya, tapi momen melihat Ibu penjual itu menata dengan
sabar, rasanya damai.”
Tak jauh dari situ, ada penjual rawon kikil di warung kecil
yang hanya buka pukul 06.00–09.00. Seporsi rawon dengan nasi dan sambal terasi
khas Malang bisa jadi sarapan terenak yang pernah kamu cicipi.
![]() |
Kulineran |
Siang: Melepas Lapar di Sentra Bakso dan Mie Malang
Kalau bicara soal kulineran siang hari di Malang, tentu tak
bisa lepas dari bakso. Tapi bukan sembarang bakso, yang satu ini legendaris: Bakso Bakar Pak Man. Terletak di Jalan Diponegoro, bakso bakar di sini
menggunakan bumbu rempah manis-pedas yang dibakar di atas arang.
Menu wajib coba:
- Bakso
Bakar Komplit: Rp 25.000
- Mie
Pangsit Bakso Campur: Rp 22.000
- Es
Degan Gula Aren
Saat kami mewawancarai pengunjung, Pak Heru yang datang dari
Tulungagung mengaku bahwa ia selalu menyempatkan mampir:
“Saya udah coba bakso di banyak kota. Tapi sensasi bakar di
sini beda. Ada aroma daun pisang yang terbakar tipis—unik.”
Untuk kamu yang ingin pilihan lain, coba ke Mie Gajah Mada,
mie ayam dengan topping ceker pedas dan pangsit rebus. Harga ramah di kantong
mahasiswa, tapi rasa bintang lima.
![]() |
Kulineran |
Sore: Menyeruput Hangatnya Wedang dan Jajanan Pasar
Ketika matahari mulai turun, saatnya berburu yang
ringan-ringan tapi kaya rasa. Di daerah Tlogomas, ada gerobak wedang ronde yang
buka hanya saat sore. Ronde isi kacang, kolang-kaling, dan pacar cina disajikan
dengan kuah jahe gula merah. Hangatnya langsung memeluk tenggorokan yang lelah
seharian menjelajah.
Kalau ingin jajanan legit, coba carang mas dan cenil dari
Pasar Bunul. Carang mas dengan parutan ubi yang digoreng kering dan disiram
gula jawa cair jadi primadona sore hari. Pedagang di sana biasanya memberi
bonus jika kamu datang sebagai pelanggan tetap.
Malam: Petualangan Kulineran di Sudut Jalan Malang
Ketika malam menjelang, suasana kota menjadi lebih hidup.
Salah satu lokasi favorit warga lokal adalah Jalan Semanggi dan Jalan Jakarta.
Ada deretan tenda kaki lima yang menjajakan:
- Nasi
pecel rawon
- Sate
kelapa khas Madura
- Nasi
goreng mawut
Tapi satu yang tak boleh dilewatkan: Sego Resek. Nama
ini berasal dari “sampah” karena tampilannya berantakan, tapi rasanya luar
biasa. Isinya berupa nasi goreng sederhana dengan tambahan mie kuning, tauge,
telur ceplok, dan potongan ayam goreng. Disajikan di atas daun pisang dan
dimasak pakai arang.
Cerita unik datang dari Mbak Lia, wisatawan asal Surabaya:
“Waktu pertama denger namanya sego resek, saya mikir dua
kali. Tapi pas coba, malah ketagihan. Rasanya tuh kayak nasi goreng masa kecil,
tapi lebih kaya rasa.”
Menelusuri Kuliner Khas Blitar yang Melegenda
Kalau kamu sudah puas dengan kulineran di Malang, tak ada
salahnya menyebrang ke timur. Di sinilah kamu akan menjumpai hidangan khas Blitar yang
autentik dan menggugah kenangan.
1. Soto Daging Bok Ireng
Soto daging ini dikenal karena kuahnya yang bening namun penuh rempah. Daging
sapi dipotong besar dan lembut karena dimasak selama 6 jam. Tempat makan ini
berdiri sejak 1940-an dan hingga sekarang selalu penuh saat jam makan siang.
2. Es Pleret
Minuman ini adalah kombinasi bola-bola dari tepung beras isi gula merah,
disajikan dengan kuah santan dan sirup. Rasanya manis dan segar, cocok jadi
pelepas dahaga saat cuaca panas. Konon katanya, Es Pleret hanya bisa ditemukan
otentik di Blitar, dan diwariskan turun-temurun.
3. Nasi Ampok dan Urap Daun Pepaya
Makanan sederhana khas Blitar ini menggunakan nasi dari jagung (ampok) yang
dicampur dengan urap sayur dan sambal kelapa. Rasa gurih dan tekstur unik dari
nasi jagung menciptakan pengalaman rasa yang langka.
Kuliner khas Blitar seperti ini punya keunikan
tersendiri—karena bukan cuma soal rasa, tapi juga soal identitas dan cerita
keluarga. Di website Jajananmalang.com,
kamu bisa eksplorasi lebih lanjut cerita-cerita dari para pelaku kuliner dan
warung legendaris Blitar lainnya.
Tips Kulineran ala Warga Lokal
Untuk menjelajah kuliner dengan maksimal, berikut beberapa
tips dari warga lokal:
- Datang
pagi untuk kuliner tradisional, karena stok cepat habis.
- Bawa
uang tunai, karena banyak tempat tidak menerima QRIS atau kartu.
- Jangan
malu tanya rekomendasi ke warga sekitar. Kadang tempat terbaik justru
tidak tampil di Google Maps.
- Coba
menu yang tidak biasa, misalnya soto kikil, es legen, atau nasi jagung
urap.
- Ambil
foto dan catat rasa untuk dibagikan atau ditulis ulang sebagai jurnal
perjalanan rasa kamu.