27 Cerita Rasa yang Bikin Rindu Malang: Dari Warung Tua ke Camilan Viral
![]() |
Kulineran |
1. Rawon Nguling: Makan di Tengah Hujan
Di sebuah sore hujan bulan Juli, saya mampir ke Rawon Nguling di kawasan Ijen. Kuahnya hitam legam, dagingnya empuk, dan sambalnya
punya rasa khas yang bikin lidah tak bisa berhenti. Yang membuat tempat ini
istimewa bukan hanya soal rasa—tapi sejarah. Saya sempat mengobrol dengan Ibu
Sari, sang pemilik, yang bercerita bahwa resep rawon ini diwariskan dari
almarhumah ibunya sejak tahun 60-an. Ini bukan cuma kuliner, tapi warisan rasa.
2. Bakso President: Menyantap Bakso di Samping Rel
Tidak lengkap ke Malang tanpa mencicipi Bakso President.
Lokasinya unik, tepat di samping rel kereta aktif. Satu waktu, saya dan teman
dari Jakarta duduk menyantap bakso campur—bakso urat, bakso goreng, hingga
tetelan—ketika tiba-tiba kereta lewat hanya beberapa meter dari kursi kami.
Getarannya terasa, tapi justru itulah sensasinya.
![]() |
Kulineran |
3. Sego Goreng Mawut Tawangmangu: Tengah Malam yang Penuh
Rasa
Waktu itu pukul 11 malam. Kami kelaparan sepulang dari Bromo
dan mampir ke warung sego goreng dekat kampus UIN. Rasanya? Pedas, asin, dan
gurihnya pas. Satu piring seharga Rp 12.000 bisa membuat energi kembali penuh.
Menunya sederhana, tapi suasananya bikin nagih—meja plastik, lampu neon remang,
dan suara motor berlalu lalang.
4. Pos Ketan Legenda 1967: Manisnya Malam di Alun-Alun
Batu
Saya masih ingat momen itu: malam dingin, tangan menggenggam
ketan durian hangat, dan lampu warna-warni alun-alun Batu menyala. Pos Ketan
selalu ramai, tapi layak ditunggu. Ketan susu keju coklatnya benar-benar
comfort food versi Malang.
![]() |
Kulineran |
5. Sate Gebug: Cerita dari Daging yang Ditumbuk
Sate ini unik karena dagingnya digebuk dulu sebelum dibakar.
Saat saya datang pagi hari, suara ‘gebugan’ daging terdengar dari dapur.
Rasanya juicy dengan bumbu minimalis—cuma garam dan kecap. Saya duduk di antara
pelanggan tetap—kakek-kakek yang katanya sudah makan di sini sejak tahun 80-an.
6. Es Durian DEMPO: Segar & Nostalgia
Di dekat kawasan Tlogomas, Es Durian DEMPO selalu jadi
tujuan kami sehabis main futsal. Kombinasi durian, sirup merah, dan susu kental
manis benar-benar memanjakan lidah. Pemiliknya ramah, dan mereka sering cerita
tentang sejarah resep turun-temurun dari Medan.
7. Warung Sate Landak dan Biawak Ria Djenaka
Buat kamu yang suka kuliner ekstrem, tempat ini cocok. Saya
mencoba sate landak—teksturnya mirip ayam, tapi lebih kenyal. Teman saya malah
berani mencoba sate biawak! Katanya rasanya seperti gabungan antara ayam dan
ikan. Ekstrem, tapi menggugah rasa penasaran.
8. Nasi Buk Madura: Satu Piring, Seribu Kenangan
Nasi Buk bisa kamu temui di banyak sudut kota. Saya paling
suka yang di belakang kampus UB. Disajikan hangat dengan sayur nangka, paru
goreng, dan sambal khas. Murah, cepat, dan mengenyangkan.
9. Tahu Lontong Lonceng: Camilan Ringan, Rasa Melegenda
Lokasinya agak tersembunyi di gang sempit dekat JalanLonceng. Tapi begitu kamu mencicipi tahu goreng isi dan lontongnya, kamu tahu
kenapa orang datang jauh-jauh ke sini. Tekstur tahu renyah, isi sayurnya pas,
dan bumbu kacangnya menggoda.
10. Mie Gajah Mada: Dari Dulu Hingga Kini Tetap Dicari
Mie ayam ini termasuk yang legendaris. Saya pertama kali
mencicipinya saat masih SMA, dan kini 10 tahun kemudian rasanya tetap
konsisten. Kuah kaldunya kuat, topping ayamnya melimpah, dan sambalnya nendang.
11. Kue Putu Lanang: Malam Tradisional di Sudut Kota
Bunyi uap dari cetakan putu bambu selalu mengingatkan saya
pada masa kecil. Di Jalan Jaksa Agung Suprapto, penjual kue putu ini sudah ada
sejak tahun 1935. Putunya lembut, gula merahnya meleleh, dan kelapanya harum.
12. Ronde Titoni: Hangatnya Malang di Dalam Mangkuk
Saat malam dingin melanda, Ronde Titoni jadi jawaban. Jahe
yang nendang, ronde isi kacang yang lembut, dan suasana klasik membuat tempat
ini tak pernah sepi. Saya pernah bertemu wisatawan asal Bandung yang katanya
selalu ke sini tiap berkunjung ke Malang.
13. Es Tawon Kidul Dalem: Manisnya Tradisi
Disajikan dengan air soda dan madu asli, Es Tawon punya rasa
khas yang tidak bisa kamu temukan di mana pun. Letaknya di rumah tua yang penuh
cerita. Salah satu pelanggan yang saya temui bilang, “Saya minum ini dari jaman
SMA, sekarang anak saya juga suka.”
14. Pecel Kawi: Pagi Hari di Jalan Kawi
Pecel dengan sambal kacang kental dan rempeyek garing—itu
yang membuat Pecel Kawi legendaris. Saya suka datang ke sini saat jam 7 pagi,
saat ibu-ibu masih ramai belanja sayur dan tukang becak parkir di depan.
15. Cwie Mie Malang: Lebih Ringan dari Mie Ayam
Cwie mie disajikan dengan ayam cincang halus dan kerupuk
pangsit. Rasanya lebih ringan, tapi tetap mengenyangkan. Tempat favorit saya
ada di Jalan Kertanegara, kecil tapi penuh nostalgia.
16. Soto Geprak Mbah Djo
Soto ini bukan soto biasa. Geprak berarti dagingnya digeprek
dulu agar empuk. Kuahnya kental, dan bumbu rempahnya terasa kuat. Menurut
cucunya yang jaga warung, Mbah Djo dulu memasak dengan bara kayu.
17. Nasi Jagung Bu Ranti
Makanan desa yang menyehatkan dan murah. Disajikan dengan
urap, tempe, dan ikan asin, nasi jagung ini selalu mengingatkan saya pada makan
di rumah nenek.
18. Es Pleret yang Lagi Viral
Salah satu teman saya dari Blitar menyarankan mencoba es
pleret khas kota mereka. Karena belum sempat ke sana, saya mencobanya di warung
Blitaran di Dinoyo. Es ini jadi viral karena bentuk unik dan rasa manis
gurihnya. Kalau kamu ingin tahu lebih banyak tentang kuliner khas Blitar, bisa
juga baca bahasan lengkapnya.