10 Cerita Rasa dari Batu: Menyusuri Jejak Kuliner yang Tak Sekadar Mengenyangkan
![]() |
kuliner malang |
1. Pos Ketan Legenda 1967: Manisnya Nostalgia Malam Hari
Tak lengkap ke Batu tanpa mampir ke Pos Ketan Legenda. Di
sinilah ketan naik level dari sekadar makanan pasar menjadi sajian nostalgia
yang dirindukan. Disajikan dengan topping durian, susu, atau keju, satu porsi
ketan di sini mampu membungkus malam dengan rasa manis yang hangat.
“Saya ingat, pertama kali ke sini bareng ayah waktu kecil.
Sekarang saya bawa anak saya ke tempat yang sama. Rasanya masih persis seperti
dulu,” —Rina, 35 tahun, Surabaya.
๐ Lokasi: Alun-alun Batu
⏰
Jam buka: 17.00–02.00
2. Sate Kelinci Khas Batu: Gurih Empuk yang Melekat
Sate kelinci mungkin terdengar ekstrem bagi sebagian orang.
Tapi di Batu, ini adalah sajian yang sangat dicintai warga lokal. Disajikan
dengan lontong dan bumbu kacang gurih, sate kelinci terasa lembut tanpa bau
amis.
Saat saya dan teman saya dari Jakarta mencicipinya, ekspresi
mereka berubah setelah gigitan pertama: “Loh, ini enak banget ya, nggak amis
sama sekali!”
๐ Lokasi: Warung Sate
Kelinci, Jalan Raya Selecta
⏰
Jam buka: 10.00–21.00
![]() |
kuliner malang |
3. Bakso Bakar Pahlawan: Hangatnya Arang, Pedasnya
Menggoda
Bakso bakar mungkin sudah dikenal di banyak kota, tapi di
Batu, sensasinya beda. Dibakar dengan arang, disiram saus sambal manis-pedas,
dan disajikan panas-panas—menjadikannya jajanan sore paling laris.
๐ Lokasi: Jl. Diponegoro,
dekat Museum Angkut
๐ก
Tips: Tambahkan topping keju parut untuk rasa unik
4. Rawon Daging Batu: Pekatnya Rasa, Dalamnya Makna
Rawon di Batu dikenal karena menggunakan kluwek berkualitas
dan daging sapi yang dimasak lama hingga empuk. Ditambah sambal dan tauge,
sepiring rawon ini jadi pelipur rindu bagi perantau yang kangen makanan rumah.
“Saya kuliah di Jakarta, tapi begitu makan rawon di Batu
ini, rasanya kayak pulang ke rumah. Kuahnya bikin nagih!” —Wahyu, mahasiswa
asal Malang.
5. Nasi Goreng Jowo Legendaris
Di kawasan Oro-Oro Ombo, ada penjual nasi goreng Jawa
legendaris yang konon sudah berdiri sejak 1980-an. Bumbunya sederhana, tapi
rasanya bikin ketagihan—dimasak pakai arang, dengan suwiran ayam kampung dan
irisan kol segar.
6. Cwie Mie Batu: Lembut dan Wangi Daun Bawang
Mirip dengan mie ayam, tapi Cwie Mie khas Batu lebih lembut
dan tidak berminyak. Disajikan dengan topping ayam cincang dan pangsit, rasanya
ringan tapi nendang. Cocok buat sarapan sebelum menjelajahi kebun apel atau
Jatim Park.
7. Pecel Kawi Batu: Simpel Tapi Sakral
Pecel mungkin terlihat sederhana, tapi di Batu, sambalnya
berbeda. Ada sedikit rasa manis yang membuatnya tidak terlalu pedas.
Dihidangkan dengan sayuran rebus segar dan rempeyek kacang—sarapan ideal di
pagi yang berkabut.
๐ Lokasi: Jalan Kawi Atas
๐ฟ
Sayur favorit: kenikir dan daun singkong
8. Sego Tempong Pedas Gila: Tantangan di Lidah
Buat pecinta makanan pedas, sego tempong ala Batu ini wajib
dicoba. Sambalnya benar-benar membakar lidah, tapi entah kenapa tetap bikin
nagih. Disajikan dengan ikan asin dan lalapan segar, sensasinya tak terlupakan.
Saya pernah menangis saat pertama kali makan sego tempong
ini. Tapi anehnya, saya balik lagi keesokan harinya!
![]() |
kuliner malang |
9. Wedang Uwuh ala Batu: Penghangat Sejati
Saat malam tiba dan udara turun drastis, wedang uwuh jadi
penyelamat. Minuman herbal khas ini berisi jahe, kayu manis, dan daun-daunan
tradisional. Disajikan hangat dalam gelas kaca besar—seolah memeluk tubuh dari
dalam.
๐ Lokasi: Warung
Tradisional Batu Night Spectacular
10. Apel Batu: Rasa Asam Segar Langsung dari Kebun
Tak lengkap membahas kuliner Batu tanpa menyebut apel.
Apakah itu dijadikan jus, pie, atau dimakan langsung dari kebun, apel Batu
selalu punya rasa khas: segar, renyah, dan sedikit asam.
๐งบ Rekomendasi: Kunjungi
kebun petik apel di kawasan Bumiaji untuk pengalaman langsung.
๐ Penutup: Rasa yang
Menghidupkan Kenangan
Kuliner di Batu tak cuma soal makanan. Ia adalah kisah:
tentang warung tua di sudut gang, tentang ketan manis yang menemani cinta
pertama, atau tentang sate kelinci yang jadi hidangan langka dalam liburan
singkat.
Jadi, kalau kamu sedang berencana menjelajah Malang dan
Batu, jangan hanya fokus pada wisata alamnya. Luangkan waktu menyusuri cita
rasa yang sudah menjadi bagian dari budaya khas Malang—karena di
situlah kamu bisa benar-benar merasakan detak kehidupan dari kota sejuk ini.