Rekomendasi Lalapan Legendaris di Malang dari Pecinta Kuliner Lokal
![]() |
Kuliner Malang |
Warung RRI – Lalapan Malam Hari dengan Suasana Klasik
Saya pertama kali mengenal Warung RRI dari rekomendasi sopir
ojek online lima tahun lalu. Lokasinya berada di Jalan Candi Trowulan, tak jauh
dari kawasan Dinoyo. Warung ini buka mulai pukul 18.00 hingga tengah malam.
Suasana warungnya sederhana—meja kayu panjang, penerangan redup dari lampu neon
tua, dan wangi sambal yang langsung menusuk hidung begitu mendekat ke warung.
Menu andalannya adalah lalapan lele dan ayam goreng dengan
sambal tomat pedas yang diulek langsung per porsi. Saya sempat berbincang
dengan Bu Sri, pemilik warung yang sudah berjualan sejak tahun 1998. Ia
menceritakan bagaimana dulu ia merintis warung dari gerobak kecil dengan satu
kompor. Kini, dalam semalam, ia bisa menghabiskan lebih dari 25 kg ayam dan
ikan lele.
Keistimewaan Warung RRI ada pada tekstur ayam gorengnya yang
renyah di luar namun lembut di dalam, ditambah sambal yang khas karena memakai
tomat lokal Malang yang ditumis terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa
selain pengalaman, ada juga local sourcing dan perhatian pada bahan yang
digunakan—nilai penting dalam dunia kuliner otentik.
![]() |
Kuliner Malang |
Lalapan Bang Husein – Pilihan Seafood Terlengkap di
Tengah Kota
Jika Anda pencinta lalapan seafood, Warung Bang Husein di
daerah Kasin adalah tempat yang wajib dikunjungi. Saya sudah mengunjungi tempat
ini lebih dari tujuh kali selama dua tahun terakhir, dan rasanya selalu
konsisten. Warung ini punya menu khas berupa lalapan cumi, kerang hijau, dan
udang goreng tepung yang disajikan dengan sambal korek super pedas.
Bang Husein, pemiliknya, adalah mantan juru masak di kapal
tanker yang kini membuka warung sejak 2017. Ia menjelaskan bahwa teknik
mengolah seafood yang ia gunakan adalah teknik marinasi ala pelaut—direndam
dengan jeruk nipis dan bumbu bawang putih selama satu jam untuk mengurangi bau
amis sekaligus mempertajam rasa. Inilah bentuk nyata dari expertise—pengalaman
langsung dalam dunia masak profesional yang dibawa ke meja makan rakyat.
Yang membuat saya semakin menghargai warung ini adalah
penyajian sambalnya yang tidak generik. Sambal koreknya dibuat dari tiga jenis
cabai berbeda dan hanya dibuat saat pesanan datang. Dalam dunia makanan
jalanan, perhatian pada detail semacam ini jarang ditemui.
Warung Keluarga “Pak No” – Lalapan Rumahan yang Penuh
Nostalgia
Warung ini berada agak tersembunyi di daerah Tlogomas, tidak
jauh dari kampus Universitas Muhammadiyah Malang. Saya menemukannya secara
tidak sengaja saat mencari makan malam selepas hujan. Warungnya kecil, dengan
bangku panjang dan rak minuman jadul di sudut ruangan. Tapi dari dapur kecilnya
keluar aroma sambal terasi yang luar biasa.
Pak No dan istrinya, Bu Nanik, menjalankan warung ini sejak
2003. Mereka masih memasak sendiri tanpa karyawan. Saya sempat memotret proses
mereka menyiapkan pesanan, termasuk bagaimana Bu Nanik selalu mencicipi
sambalnya sebelum disajikan—praktek yang menunjukkan trustworthiness
dalam menjaga kualitas rasa.
Lalapan favorit saya di sini adalah ayam bakar sambal terasi
dengan lalapan daun kemangi dan mentimun. Ayamnya dibakar dengan bumbu kecap
bawang yang direndam sebelumnya selama dua jam. Rasanya manis, gurih, dan
meninggalkan jejak rasa yang tak bisa dilupakan.
Cak Roni Tenda Biru – Lalapan Daging Sapi Pedas Ala
Malang
Cak Roni adalah figur legendaris di kawasan Soekarno-Hatta.
Warung tenda birunya sudah berdiri sejak tahun 2001 dan selalu dipadati
mahasiswa serta pekerja kantoran. Saya sempat mewawancarai Cak Roni langsung di
bulan Ramadan lalu. Ia menyebutkan bahwa ia belajar memasak dari ibunya yang
dulu berjualan di Pasar Besar.
Menu utamanya adalah lalapan daging sapi goreng yang empuk,
disajikan dengan sambal bawang dan kol goreng. Kombinasi ini terdengar
sederhana, tapi pengolahannya penuh teknik. Daging direndam semalaman dengan
rempah khas Jawa Timur seperti ketumbar, bawang merah, dan gula aren. Teknik
ini mengurangi rasa amis sekaligus membuat dagingnya juicy.
Tak hanya itu, Cak Roni juga mengandalkan bahan baku dari
pasar tradisional Oro-Oro Dowo, dan ia bangga menyebutkan nama-nama pemasok
tetapnya—bukti keterlibatan aktif dalam menjaga kualitas dan otoritas
dalam komunitas kuliner lokal.
Lalapan Si Mbok di Pasar Blimbing – Tradisi Pagi Hari
Berbeda dengan warung lalapan lain yang buka malam, Lalapan
Si Mbok buka sejak pukul 05.30 pagi. Berlokasi di dalam Pasar Blimbing, warung
ini melayani pedagang dan pembeli yang mencari sarapan praktis dan bergizi.
Menu utamanya adalah tempe goreng, tahu isi, dan sambal kacang yang diulek
kasar.
Saya pernah mengamati proses pembuatannya langsung. Si Mbok,
yang kini berusia 60-an, masih menggoreng sendiri tempe dan menyiapkan
sambalnya setiap pagi sebelum adzan subuh. Ia juga dikenal sebagai orang yang
tidak pernah menolak pelanggan meski hanya membeli seporsi kecil.
Warung ini menjadi contoh dari trust dan keberlanjutan, karena tetap eksis tanpa promosi daring dan hanya mengandalkan kepercayaan dari pelanggan setia. Banyak pelanggan yang sudah makan di sini sejak puluhan tahun dan kini mengajak anak-anak mereka ikut makan bersama di warung kecil ini.
![]() |
Kuliner Malang |
Dengan berbagai pilihan lalapan yang tersedia di Malang,
dari yang ramai di pusat kota hingga tersembunyi di sudut pasar tradisional,
keanekaragaman rasa dan cerita di balik setiap warung menunjukkan kekayaan kuliner
yang tidak hanya soal rasa, tapi juga soal nilai, sejarah, dan kepercayaan.
Untuk eksplorasi lebih luas tentang makanan khas Malang, kamu juga bisa melihat
referensi dan panduan lainnya di Jajananmalang.com.