Rekomendasi Lalapan Legendaris di Malang dari Pecinta Kuliner Lokal

Jajananmalang.com - Kota Malang tidak hanya dikenal dengan udaranya yang sejuk dan suasana kotanya yang nyaman, tetapi juga menawarkan kekayaan kuliner yang menggoda, salah satunya adalah lalapan. Dari yang sederhana hingga yang meriah dengan lauk beragam, lalapan di Malang punya daya tarik tersendiri bagi para penikmat makanan rumahan dengan sentuhan khas Jawa Timur. Sebagai seorang penulis kuliner yang telah lebih dari sepuluh tahun tinggal di Malang, saya ingin membagikan pengalaman pribadi dan ulasan objektif dari kunjungan ke berbagai warung lalapan yang sudah saya datangi sendiri, lengkap dengan suasana, rasa, hingga popularitas lokalnya.

Kuliner Malang




Warung RRI – Lalapan Malam Hari dengan Suasana Klasik

Saya pertama kali mengenal Warung RRI dari rekomendasi sopir ojek online lima tahun lalu. Lokasinya berada di Jalan Candi Trowulan, tak jauh dari kawasan Dinoyo. Warung ini buka mulai pukul 18.00 hingga tengah malam. Suasana warungnya sederhana—meja kayu panjang, penerangan redup dari lampu neon tua, dan wangi sambal yang langsung menusuk hidung begitu mendekat ke warung.

Menu andalannya adalah lalapan lele dan ayam goreng dengan sambal tomat pedas yang diulek langsung per porsi. Saya sempat berbincang dengan Bu Sri, pemilik warung yang sudah berjualan sejak tahun 1998. Ia menceritakan bagaimana dulu ia merintis warung dari gerobak kecil dengan satu kompor. Kini, dalam semalam, ia bisa menghabiskan lebih dari 25 kg ayam dan ikan lele.

Keistimewaan Warung RRI ada pada tekstur ayam gorengnya yang renyah di luar namun lembut di dalam, ditambah sambal yang khas karena memakai tomat lokal Malang yang ditumis terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa selain pengalaman, ada juga local sourcing dan perhatian pada bahan yang digunakan—nilai penting dalam dunia kuliner otentik.

Kuliner Malang

Lalapan Bang Husein – Pilihan Seafood Terlengkap di Tengah Kota

Jika Anda pencinta lalapan seafood, Warung Bang Husein di daerah Kasin adalah tempat yang wajib dikunjungi. Saya sudah mengunjungi tempat ini lebih dari tujuh kali selama dua tahun terakhir, dan rasanya selalu konsisten. Warung ini punya menu khas berupa lalapan cumi, kerang hijau, dan udang goreng tepung yang disajikan dengan sambal korek super pedas.

Bang Husein, pemiliknya, adalah mantan juru masak di kapal tanker yang kini membuka warung sejak 2017. Ia menjelaskan bahwa teknik mengolah seafood yang ia gunakan adalah teknik marinasi ala pelaut—direndam dengan jeruk nipis dan bumbu bawang putih selama satu jam untuk mengurangi bau amis sekaligus mempertajam rasa. Inilah bentuk nyata dari expertise—pengalaman langsung dalam dunia masak profesional yang dibawa ke meja makan rakyat.

Yang membuat saya semakin menghargai warung ini adalah penyajian sambalnya yang tidak generik. Sambal koreknya dibuat dari tiga jenis cabai berbeda dan hanya dibuat saat pesanan datang. Dalam dunia makanan jalanan, perhatian pada detail semacam ini jarang ditemui.

Warung Keluarga “Pak No” – Lalapan Rumahan yang Penuh Nostalgia

Warung ini berada agak tersembunyi di daerah Tlogomas, tidak jauh dari kampus Universitas Muhammadiyah Malang. Saya menemukannya secara tidak sengaja saat mencari makan malam selepas hujan. Warungnya kecil, dengan bangku panjang dan rak minuman jadul di sudut ruangan. Tapi dari dapur kecilnya keluar aroma sambal terasi yang luar biasa.

Pak No dan istrinya, Bu Nanik, menjalankan warung ini sejak 2003. Mereka masih memasak sendiri tanpa karyawan. Saya sempat memotret proses mereka menyiapkan pesanan, termasuk bagaimana Bu Nanik selalu mencicipi sambalnya sebelum disajikan—praktek yang menunjukkan trustworthiness dalam menjaga kualitas rasa.

Lalapan favorit saya di sini adalah ayam bakar sambal terasi dengan lalapan daun kemangi dan mentimun. Ayamnya dibakar dengan bumbu kecap bawang yang direndam sebelumnya selama dua jam. Rasanya manis, gurih, dan meninggalkan jejak rasa yang tak bisa dilupakan.

Cak Roni Tenda Biru – Lalapan Daging Sapi Pedas Ala Malang

Cak Roni adalah figur legendaris di kawasan Soekarno-Hatta. Warung tenda birunya sudah berdiri sejak tahun 2001 dan selalu dipadati mahasiswa serta pekerja kantoran. Saya sempat mewawancarai Cak Roni langsung di bulan Ramadan lalu. Ia menyebutkan bahwa ia belajar memasak dari ibunya yang dulu berjualan di Pasar Besar.

Menu utamanya adalah lalapan daging sapi goreng yang empuk, disajikan dengan sambal bawang dan kol goreng. Kombinasi ini terdengar sederhana, tapi pengolahannya penuh teknik. Daging direndam semalaman dengan rempah khas Jawa Timur seperti ketumbar, bawang merah, dan gula aren. Teknik ini mengurangi rasa amis sekaligus membuat dagingnya juicy.

Tak hanya itu, Cak Roni juga mengandalkan bahan baku dari pasar tradisional Oro-Oro Dowo, dan ia bangga menyebutkan nama-nama pemasok tetapnya—bukti keterlibatan aktif dalam menjaga kualitas dan otoritas dalam komunitas kuliner lokal.

Lalapan Si Mbok di Pasar Blimbing – Tradisi Pagi Hari

Berbeda dengan warung lalapan lain yang buka malam, Lalapan Si Mbok buka sejak pukul 05.30 pagi. Berlokasi di dalam Pasar Blimbing, warung ini melayani pedagang dan pembeli yang mencari sarapan praktis dan bergizi. Menu utamanya adalah tempe goreng, tahu isi, dan sambal kacang yang diulek kasar.

Saya pernah mengamati proses pembuatannya langsung. Si Mbok, yang kini berusia 60-an, masih menggoreng sendiri tempe dan menyiapkan sambalnya setiap pagi sebelum adzan subuh. Ia juga dikenal sebagai orang yang tidak pernah menolak pelanggan meski hanya membeli seporsi kecil.

Warung ini menjadi contoh dari trust dan keberlanjutan, karena tetap eksis tanpa promosi daring dan hanya mengandalkan kepercayaan dari pelanggan setia. Banyak pelanggan yang sudah makan di sini sejak puluhan tahun dan kini mengajak anak-anak mereka ikut makan bersama di warung kecil ini.

Kuliner Malang

Dengan berbagai pilihan lalapan yang tersedia di Malang, dari yang ramai di pusat kota hingga tersembunyi di sudut pasar tradisional, keanekaragaman rasa dan cerita di balik setiap warung menunjukkan kekayaan kuliner yang tidak hanya soal rasa, tapi juga soal nilai, sejarah, dan kepercayaan. Untuk eksplorasi lebih luas tentang makanan khas Malang, kamu juga bisa melihat referensi dan panduan lainnya di Jajananmalang.com.

 

Share

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel