7 Warung Lalapan Enak di Malang Berdasarkan Pengalaman Langsung Penikmat Kuliner Lokal

Jajananmalang.com - Lalapan bukan sekadar menu sederhana di atas piring. Di Malang, ia menjadi budaya makan malam yang lekat dengan identitas warga. Dari mahasiswa, pekerja kantoran, hingga wisatawan, lalapan menjadi andalan makan malam yang hemat, kenyang, dan kaya rasa. Dalam artikel ini, saya tidak hanya merangkum 7 warung lalapan terenak di Malang, tapi juga membagikan pengalaman langsung saya saat mencicipi sambal-sambal legendaris, ayam goreng renyah, hingga gurihnya lele bakar.

Jika Anda penggemar kuliner lokal, temukan lebih banyak rekomendasi menarik di Jajananmalang.com.

Kuliner Malang




1. Lalapan Cak Safi’i – Pedasnya Bikin Kangen, Antrenya Panjang

Berlokasi di Jalan Soekarno Hatta, warung ini tak pernah sepi antrean sejak pukul 18.00. Saya datang jam 19.00, dan harus antre hampir 25 menit. Namun begitu duduk, ayam goreng datang dalam keadaan panas, sambal terasi disajikan segar, dan lalapan daun kemangi, kol, serta timun disusun rapi.

Yang membuat saya terkesan: sambalnya tidak sekadar pedas, tapi juga beraroma khas bawang bakar. Tekstur ayamnya crispy di luar, juicy di dalam. Ini bukan sekadar lalapan, tapi pengalaman makan malam yang melekat di ingatan.


2. Lalapan Seafood RRI – Surga Pecinta Gurame & Udang Bakar

Terletak di belakang Kantor RRI, Jalan Candi Trowulan, warung ini menawarkan menu laut yang jarang ada di tempat lalapan lain. Saya mencoba gurame bakar kecap dan udang saus tiram, dan keduanya disajikan dengan sambal bajak dan nasi panas mengepul.

Apa yang saya suka? Porsi besar dan kematangan sempurna. Tidak amis, tidak kering. Udang masih juicy dan tidak overcooked.

Pemilik warung, Pak Aris, sempat saya tanya soal bahan baku. Ia mengatakan hanya pakai ikan segar dari Pasar Gadang tiap pagi. Itulah sebabnya rasa lautnya tetap segar meski dibakar.

Kuliner Malang

3. Warung Bang Husein – Juara Sambal Korek & Ayam Kampung

Satu malam saya mendatangi warung Bang Husein di Jalan Kerto Pamuji dekat kampus UB. Uniknya, semua ayam yang digunakan di sini adalah ayam kampung muda, dan disajikan dengan sambal korek panas yang dituang langsung di atas ayam.

Saya pribadi jarang menyukai ayam kampung karena sering keras. Tapi di sini, ayamnya empuk, meresap bumbu, dan sambalnya terasa seperti lava pedas di lidah.

Mereka juga menawarkan nasi uduk gurih sebagai opsi pengganti nasi putih. Kombinasi ini mengingatkan saya pada masakan rumahan di kampung halaman.


4. Lalapan Lamongan Bu Tatik – Ikonik Sejak 1998

Warung ini sudah berdiri sejak saya masih sekolah dasar. Lokasinya di Jalan Bandung, dekat Pasar Buku Wilis. Dulu warungnya kecil, hanya dengan tenda sederhana. Kini sudah punya kedai permanen, tapi rasa sambalnya tetap sama: kecut, pedas, dan sedikit manis.

Saya berbincang dengan Bu Tatik malam itu, dan beliau cerita bahwa resep sambal diwariskan dari ibunya di Lamongan. Ia tetap menggiling sambal secara manual, tak mau pakai blender. Katanya, “Cita rasa sambal dari cobek tidak bisa digantikan.”


5. Warung Lalapan Lesehan Arjosari – Pilihan Hemat Anak Kos

Sebagai mantan mahasiswa perantauan, saya punya kenangan kuat dengan warung ini. Lokasinya di seberang Terminal Arjosari, strategis dan selalu ramai mahasiswa.

Menu favorit saya: lele goreng plus sambal terasi dan teh panas. Hanya dengan Rp12.000, Anda bisa makan kenyang dan puas. Meskipun harga murah, kualitas sambalnya tidak murahan. Ada kombinasi asam tomat dan cabe rawit yang bikin nagih.

Pemilik warung juga ramah dan ingat pesanan pelanggan setia. Bahkan, dulu saya sering diberi sambal tambahan gratis.


6. Lalapan Mbok Nah – Spesialis Sambal Bawang & Ayam Bakar Madu

Berada di kawasan Sigura-gura, warung Mbok Nah lebih baru, tapi cepat viral di Instagram. Saya datang karena banyak teman yang merekomendasikan sambal bawangnya. Ternyata benar: sambalnya segar, pedasnya "nendang", dan ayam bakar madunya legit.

Saya sempat melihat proses memasaknya. Mereka membakar ayam di atas bara arang kelapa, bukan pemanggang gas, sehingga aroma asapnya meresap dalam daging. Proses ini jelas meningkatkan cita rasa, dan menunjukkan perhatian terhadap kualitas.

Kuliner Malang

7. Lalapan Suroboyo Pak Kumis – Kombinasi Cita Rasa Timur

Berbeda dengan warung lalapan lainnya, di sini saya menemukan sentuhan rasa khas Suroboyoan: petis manis, sambal pencit (mangga muda), dan tahu crispy. Lokasinya di Jalan Letjen S. Parman.

Pak Kumis, pemiliknya, mengaku semua bumbu diolah sendiri. Ia belajar dari keluarganya yang dulu punya warung di Gresik. Bukan hanya ayam dan lele, tapi juga tersedia menu seperti kikil goreng dan empal suwir.

Warung ini menarik karena menyatukan dua kultur kuliner: gaya Malangan yang simple dan gaya Suroboyoan yang kaya rasa.


Kenapa Harus Berdasarkan Pengalaman Langsung?

Berbeda dari daftar warung yang hanya menyalin informasi, artikel ini berdasarkan pengalaman saya secara langsung dalam mencicipi menu, berinteraksi dengan pemilik, dan merasakan suasana warung. Saya mendatangi semua tempat ini dalam 2 minggu terakhir, mencatat detail menu, memotret makanan, dan bahkan mencicipi sambal satu per satu.

Share

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel