Pulang Karena Rasa: 10 Kuliner Khas Malang Kota yang Bikin Rindu Berat
![]() |
Kuliner Khas Malang Kota |
1. Bakso Bakar Pak Man – Sensasi Asap dan Pedas yang
Melekat
Salah satu ikon kuliner Malang yang selalu diburu
adalah Bakso Bakar Pak Man. Berdiri sejak tahun 1997, bakso ini bukan sekadar
bakso biasa. Disajikan dengan olesan sambal rahasia dan dibakar langsung di
atas bara, aroma smoky-nya menggoda siapa pun yang lewat.
“Saya datang dari Banyuwangi, dan setiap kali ke Malang, selalu mampir ke sini. Rasanya belum afdol kalau belum makan Bakso Bakar,” ujar Pak Harun, seorang pengunjung tetap.
![]() |
Kuliner Khas Malang Kota |
2. Cwie Mie – Mi Kering yang Ringan tapi Menggugah
Cwie Mie adalah mi tipis bertekstur lembut dengan topping
ayam cincang tanpa kecap. Disajikan dengan pangsit goreng dan acar, rasanya
ringan tapi tetap penuh rasa. Banyak warung di kawasan Soekarno Hatta dan
Kayutangan yang menyajikannya dengan gaya otentik.
Saat mencoba Cwie Mie di Depot Hok Lay, saya merasakan
sensasi makan yang bersih dan hangat—seperti dimasakin nenek di rumah.
Teksturnya lembut, gurih, dan tidak membuat enek.
3. Tahu Lontong Lonceng – Legenda Sejak Zaman Kolonial
Berlokasi di sekitar Kayutangan Heritage, Tahu Lontong
Lonceng adalah kuliner jalanan yang sudah ada sejak 1935. Kuah petisnya
khas, tahu dan lontongnya padat, dan gorengan yang renyah melengkapi harmoni
rasa.
Menurut Bu Nur, generasi ketiga pemilik warung: “Kami pakai resep yang sama dari zaman kakek. Tidak berubah sampai sekarang.”
![]() |
Kuliner Khas Malang Kota |
4. Rawon Nguling – Semangkuk Kehangatan dalam Kuah Hitam
Tak lengkap membahas kuliner khas Malang tanpa
menyebut Rawon Nguling. Meski awalnya dari Probolinggo, warung ini punya cabang
di Malang yang selalu ramai. Kuahnya pekat, dagingnya empuk, dan taburan
kecambah memberi kesegaran tersendiri.
“Setiap habis hiking di Bromo, saya langsung ke Rawon
Nguling Malang. Kuahnya seperti menyambut kembali tubuh yang lelah,” ungkap
Raka, pendaki asal Jakarta.
5. Bakso President – Sensasi Makan di Pinggir Rel
Terletak persis di samping rel kereta aktif, Bakso President
memberikan pengalaman makan yang unik. Saat kereta melintas, meja pun sedikit
bergetar—tapi di situlah letak sensasinya. Baksonya kenyal, kuahnya gurih, dan
variasi bakso urat hingga bakso telur hadir lengkap.
“Anak saya sampai minta difoto tiap kali kereta lewat.
Makanannya enak, dan tempatnya memorable,” ujar Ibu Tika dari Tangerang.
6. Nasi Buk Madura – Sarapan Kaya Rasa di Pagi Malang
Di Jalan Sulfat, pagi-pagi sudah ramai warung Nasi Buk.
Disajikan dengan semur daging, sambal goreng, dan serundeng, nasi buk menjadi
pilihan sarapan yang padat dan mengenyangkan.
Saya menyapa seorang ojol yang sedang makan, katanya, “Ini
sarapan paling pas buat ngisi tenaga. Rasanya nendang!”
7. Soto Ayam Lombok – Kental dengan Kuah dan Sejarah
Berada di Jl. Lombok sejak tahun 1955, soto ini punya kuah
kental dengan koya dan suwiran ayam kampung. Disajikan dengan telur rebus dan
perkedel, membuatnya jadi comfort food sejati bagi warga lokal.
Di dinding warung tergantung foto-foto tokoh nasional yang
pernah mampir. “Tempat ini nggak pernah sepi,” kata mas pelayan sambil
menuangkan kuah panas.
8. Tempe Mendol – Si Kecil Gurih yang Menyatu dalam Semua
Sajian
Tempe mendol bukan sembarang lauk. Dengan tekstur padat dan
rasa pedas-gurih yang khas, makanan ini sering disajikan bersama rawon atau
nasi pecel.
Saat saya mencobanya di Pasar Oro-Oro Dowo, seorang ibu
penjual mengatakan, “Mendol ini bikinan saya sendiri dari tempe semalam. Biar
rasanya lebih ‘nendang’.”
9. Depot Gang Djangkrik – Chinese Food Rasa Nusantara
Meski menyajikan Chinese food, Depot Gang Djangkrik tetap
mempertahankan nuansa Malang. Porsinya besar, rasanya akrab di lidah, dan
selalu ramai keluarga lokal maupun wisatawan.
“Saya ke sini sejak masih kecil. Sekarang bawa anak dan
cucu. Rasanya masih tetap seperti dulu,” kata Pak Herman yang saya temui di
meja sebelah.
10. Orem-Orem – Kari Tempe dan Tauge yang Unik
Orem-orem adalah sajian khas Malang yang terdiri dari tempe
goreng, tauge, ayam, dan kuah santan kental. Dimakan dengan irisan ketupat,
makanan ini terasa ringan namun tetap kaya rasa.
Saya menemukannya di kawasan Tlogomas. Pedagangnya sudah
berjualan sejak 1990-an. Katanya, “Dulu orem-orem hanya untuk hajatan. Sekarang
sudah jadi favorit siapa saja.”
Dari jejak rasa Bakso Bakar hingga kehangatan kuah Rawon
Nguling, kuliner-kuliner di atas bukan hanya makanan. Mereka adalah bagian dari
ingatan, nostalgia, dan cerita. Di setiap sudut Malang, selalu ada rasa yang
bikin ingin kembali—dan itulah kekuatan kuliner khas Malang kota.
Kalau kamu pernah merasakan salah satunya, pasti kamu tahu:
ini bukan cuma soal kenyang, ini soal pulang.