Lezatnya Malang: 10 Kuliner Khas yang Bikin Kangen Pulang
![]() |
Kuliner |
1. Rawon Tessy: Hitamnya Kuah, Dalamnya Rasa
Saya mencicipi Rawon Tessy pertama kali saat hujan deras
membasahi Malang. Warungnya sederhana, tapi aroma rempahnya menggoda dari
kejauhan. Kuahnya hitam pekat, dagingnya lembut, dan sambalnya pedas mantap.
Seorang pengunjung yang duduk di samping saya berujar, “Saya tiap mudik selalu
ke sini, rasanya nggak pernah berubah.” Pengalaman makan rawon ini tak hanya
soal rasa, tapi juga nostalgia.
2. Bakso President: Legenda di Tepi Rel
Bakso satu ini sudah seperti destinasi wajib. Letaknya
unik—bersebelahan langsung dengan rel kereta aktif! Ketika saya makan di sana,
getaran dari kereta yang lewat menambah sensasi tersendiri. Kuahnya gurih,
pentolnya kenyal, dan ada varian bakso bakar yang jadi favorit pengunjung. Di
dindingnya, terpajang foto-foto artis yang pernah mampir. Rasanya memang pantas
dijuluki "bakso artis".
3. Cwie Mie Malang: Rasa yang Ringan Tapi Menggoda
Cwie Mie Malang punya ciri khas mie tipis dengan taburan
ayam giling yang gurih, sayur selada, dan pangsit. Saya mencobanya di kawasan
Klojen. Tempatnya kecil, tapi antreannya panjang. Yang unik, mie ini terasa
ringan dan cocok disantap kapan saja. Banyak warga Malang bilang, “Kalau lagi
bingung makan apa, ya cwie mie jawabannya.”
4. Tahu Lontong Lonceng: Rasa Petis yang Bikin Ketagihan
Petualangan rasa saya berlanjut ke Tahu Lontong Lonceng. Warung ini melegenda sejak puluhan tahun lalu. Kombinasi tahu goreng, lontong, tauge, dan bumbu petis yang khas menciptakan harmoni rasa unik. Saat saya datang, seorang bapak paruh baya bilang, “Saya dari Blitar sengaja mampir karena sudah langganan dari dulu.” Warung kecil ini jadi saksi sejarah kuliner rakyat yang bertahan di tengah arus modernisasi.
![]() |
Kuliner |
5. Sate Gebug: Sederhana Tapi Nendang
Sate gebug tidak seperti sate biasa. Dagingnya digeprek
dulu, lalu dibakar dengan bumbu minimalis. Saya makan di warung legendarisnya
di Jalan Jenderal Basuki Rahmat. Rasanya gurih dan empuk, cocok dimakan dengan
nasi putih hangat. Meski tampilannya sederhana, rasanya bisa mengalahkan
kuliner mahal sekalipun.
6. Orem-Orem Malang: Santapan Berkuah yang Jarang
Diketahui Wisatawan
Kalau belum pernah coba orem-orem, artinya kamu belum
benar-benar menjelajah rasa khas Malang. Ini adalah semur tempe dan ayam yang
disiram kuah santan kental. Saya mencobanya di Pasar Comboran. Meskipun
tempatnya sempit, orem-oremnya luar biasa. Disajikan dengan irisan ketupat dan
sambal, rasanya unik dan bikin ketagihan.
7. Rujak Cingur Kasin: Fermentasi Rasa yang Autentik
Tak semua orang suka rujak cingur, tapi bagi yang doyan,
Kasin adalah kiblatnya. Cingur (hidung sapi) direbus hingga empuk dan dicampur
dengan sayur, buah, dan bumbu petis. Saya datang siang hari dan melihat
pengunjung silih berganti. Pemilik warung bercerita bahwa resepnya diwariskan
dari generasi ke generasi.
8. Sego Resek: Nasi Goreng Kumuh yang Justru Digilai
Namanya “resek” alias sampah, tapi jangan salah—rasa kuliner
ini justru luar biasa. Terdiri dari nasi, sayur sawi, ayam suwir, dan mie,
semuanya digoreng jadi satu. Saya mencobanya di dekat kawasan Kasin. Rasanya
gurih, sedikit pedas, dan mengenyangkan. Namanya mungkin tidak menggoda, tapi
sekali coba, pasti balik lagi.
9. Angsle & Ronde Titoni: Penawar Dingin Malam Kota
Malang
Saat malam turun dan suhu mulai menggigit, warung Titoni di Jalan Zainul Arifin jadi tempat berkumpul pecinta minuman hangat. Saya mencoba ronde dan angsle di sini. Ronde-nya kenyal dan isinya kacang, disiram kuah jahe hangat. Angsle-nya lebih manis dengan roti, kacang hijau, dan tape. Cocok banget disantap saat hujan turun.
![]() |
Kuliner |
10. Pisang Goreng Kipas & Tempe Mendol: Jajanan
Ringan yang Melekat
Sebelum pulang, saya sempat mampir ke penjual pisang goreng
kipas dan tempe mendol di pinggir jalan Ijen. Pisang yang digoreng lebar dan
renyah dipadu dengan tempe yang berbumbu tajam. Sering kali dianggap sepele,
tapi jajanan ini justru yang paling lekat di ingatan saat jauh dari Malang.
Menyatu dengan Lidah, Menyentuh Kenangan
Setiap kuliner di Malang punya kisahnya sendiri. Bukan
sekadar makanan, tapi pengalaman, kenangan, dan rasa rindu. Kota ini tahu betul
bagaimana mengikat hati lewat rasa. Kalau kamu berencana berkunjung, jangan
cuma lihat alamnya—rasakan juga kekayaan kuliner yang siap menyambutmu dengan hangat.