Jejak Rasa Malang: Dari Pagi Buta ke Piring Legenda
![]() |
Rasa kuliner Malang |
Sarapan di Gang: Nasi Buk Pecel & Teri Pedas
Di kawasan Klojen, ada sebuah gang sempit bernama Gang
Kelinci. Tiap pagi, warung Nasi Buk Ibu Sur dipenuhi antrian. Meja rotan tua,
bangku kayu reyot, tapi suasananya justru menenangkan. Menu andalannya adalah
nasi pecel dengan teri pedas dan rempeyek tipis seperti kaca.
“Saya pernah ikut mengantri dari jam setengah enam. Saat
giliran saya, nasi masih hangat, bumbu kacang baru diulek, dan lauknya nyaris
tak sempat difoto karena langsung habis,” ujar Mira, mahasiswa rantau asal
Riau.
Rawon Nguling: Pekatnya Kenangan Hitam
Rawon Nguling di Jalan Zainul Arifin sudah berdiri sejak
1940-an. Kuahnya pekat, dengan rasa kluwek yang mendalam. Irisan dagingnya
empuk dan berani bumbu. Pelayan tua di sana masih menyapa dengan sapaan khas:
“Sudah lama nggak mampir ya?”
“Saya pertama kali mencicipi Rawon Nguling saat pagi berkabut di Malang. Warung kecil itu penuh sesak bahkan sebelum pukul 7 pagi. Rasanya pekat, rempahnya menempel di lidah, dan irisan dagingnya empuk sekali,” kenang Fauzi, penulis Jajananmalang.com.
![]() |
Rasa kuliner Malang |
Menjelang Siang: Bakso & Ceker yang Ramai
Diperdebatkan
Tak lengkap kulineran di Malang tanpa bahas Bakso Malang.
Ada yang berkuah bening dengan siomay dan gorengan, ada juga yang komplet
dengan ceker, tetelan, hingga goreng usus. Salah satu yang legendaris adalah
Bakso President, yang bersebelahan langsung dengan rel kereta.
“Bunyi kereta lewat jadi sensasi tersendiri. Saya pernah
duduk tepat saat lokomotif lewat dan semangkuk bakso saya bergetar,” ujar
Anton, turis asal Jakarta.
Camilan Sore: Cwie Mie & Tahu Lontong Tepi Jalan
Cwie Mie atau mie ayam khas Malang punya tampilan bersih:
daging ayam dicincang halus, mie pipih tipis, dan sayur sawi yang ditata rapi.
Topping kerupuk pangsit jadi ciri khas. Banyak dijual di warung tepi jalan,
tapi favorit warga lokal adalah di daerah Celaket dan Ijen Nirwana.
Tahu Lontong Pak Yasin di kawasan Tlogomas juga tak boleh dilewatkan. Bumbunya manis pedas, disiram panas-panas, disajikan dengan lentho dan cabai rawit hijau.
![]() |
Rasa kuliner Malang |
Malam Hari: Angsle & Ronde Hangat
Saat malam tiba dan suhu mulai turun, minuman hangat khas
Malang jadi penyelamat. Angsle dengan kuah santan hangat, ketan putih, mutiara
merah muda, dan roti tawar basah — rasanya seperti pelukan di malam berkabut.
Di Alun-Alun, wedang ronde legendaris sudah melayani
pelanggan sejak 1980-an. Warung sederhana, tapi setiap mangkuk punya cerita.
Penjualnya selalu berkata, “Kalau lagi galau, coba ronde. Manisnya bikin lega.”
Oleh-Oleh di Ujung Hari: Sari Apel hingga Pia Mangkok
Sebelum pulang, jangan lupa bawa buah tangan. Sari apel
produksi Batu, yang diproses tanpa pengawet, jadi primadona. Sementara Pia
Cap Mangkok punya rasa klasik yang tak tergantikan — kulitnya tipis,
isiannya manis tapi tidak berlebihan.
Malang dalam Ingatan: Bukan Sekadar Rasa
Yang membuat makanan Malang tak pernah basi adalah karena setiap
suapan membawa kisah. Kadang tentang cinta jarak jauh yang bertemu di warung
bakso, kadang tentang anak kos yang makan tahu lontong seminggu penuh karena
dompet tipis.
Setiap gang punya legenda. Setiap warung punya cerita. Dan
Malang akan selalu punya cara untuk membuat lidah kita jatuh cinta — lagi dan
lagi.
Tips Kulineran di Malang:
- 🕗
Datang lebih awal ke warung legendaris, beberapa tutup sebelum
tengah hari.
- 💸
Bawa uang tunai kecil untuk jajan di warung kaki lima.
- 📍
Gunakan peta offline — beberapa lokasi tersembunyi tak muncul di
Google Maps.
- 📸
Hormati pemilik warung saat ingin mengambil gambar, terutama di
tempat tua yang sakral bagi warga lokal.
Jika kamu mencari rasa yang tak sekadar kenyang tapi juga
mengendap di hati, Malang akan menyambutmu dengan tangan terbuka — dan piring
penuh cerita.