Kulineran Rasa Nostalgia: Menelusuri Cita Rasa Asli di Setiap Sudut Batu
kulineran adalah jendela untuk memahami tempat, orang, dan sejarah—semuanya lewat lidah.
![]() |
Kuliner Malang |
🧭 Menyusuri Warung Kecil
dengan Rasa Besar
Salah satu pengalaman paling berkesan saya adalah ketika
mencoba Warung Lesehan Mbok Tinah, terletak di gang kecil dekat Pasar
Batu. Di sana, saya mencicipi rawon cemplung, versi lokal rawon dengan
daging yang direbus bersama daun pepaya muda. Menurut Mbok Tinah, ini resep
khas keluarganya sejak 1980-an.
Waktu saya datang, pengunjung tidak hanya dari Batu, tapi
juga wisatawan luar kota yang tahu warung ini dari media sosial. Saya duduk
lesehan di atas tikar, menikmati hangatnya kuah rawon sambil ditemani kerupuk
rambak—dan itulah momen yang tak bisa digantikan oleh restoran mahal mana pun.
🍚 Kuliner Tradisional
yang Tak Lekang oleh Waktu
Kuliner di Batu tidak hanya tentang inovasi, tapi juga pelestarian
rasa lawas. Contohnya:
- Sego
tempong Bu Sri
Nasi dengan sambal super pedas yang disajikan langsung dari cobek. Rasanya benar-benar "menampar", sesuai namanya. Saya sempat berbincang dengan pembelinya dari Sidoarjo yang rutin mampir tiap akhir pekan hanya untuk itu. - Tahu
Lontong Bakar Pak Toha
Berbeda dari tahu lontong biasa, yang ini dibakar di atas arang hingga bagian luar tahu agak garing. Bumbunya manis-pedas dengan irisan kol segar. Menurut Pak Toha, resep ini ia pelajari saat merantau ke Kediri dulu.
Setiap sajian punya cerita dan jejak pengalaman yang membuat
kulineran menjadi pengalaman otentik.
☕ Nongkrong di Kafe dengan Cita
Rasa Lokal
Batu kini juga dipenuhi dengan kafe-kafe estetik,
tapi tidak semua menyajikan makanan khas. Untungnya, ada beberapa tempat yang
berhasil menggabungkan estetika modern dan kekayaan kuliner lokal, seperti:
- Sangkar
Kopi
Kafe di dataran tinggi dengan pemandangan kebun apel. Mereka menyajikan kopi tubruk klutuk, perpaduan robusta lokal dan irisan pisang goreng renyah sebagai teman minum kopi. - Ngopi
di Sawah
Lokasi Instagramable ini menyajikan pisang bakar sambal kecap—menu yang sederhana tapi menghidupkan kembali jajanan SD era 90-an.
Kedua tempat ini saya kunjungi saat staycation akhir pekan lalu. Ada rasa tenang duduk di sana, menyeruput kopi sambil mendengar angin dan bunyi daun jagung bergesekan. Inilah esensi kulineran yang tidak ditemukan di pusat perbelanjaan.
![]() |
Kuliner Malang |
🗣️ Cerita Pengunjung:
Kenangan dari Rasa
“Saya menemukan tempat makan favorit saya di Batu karena
artikel kuliner di blog lokal. Nasi jagung sambel teri di Warung Bu Nur
benar-benar mengingatkan saya pada masakan almarhumah ibu,” kata Rian,
wisatawan dari Jember yang saya temui di lokasi.
Testimoni seperti ini bukan hanya penguat cerita, tapi juga
menunjukkan dampak dari konten yang dibuat dengan niat memberi manfaat dan
nilai nyata bagi pembaca.
🎒 Tips Kulineran Asyik di
Batu
Bagi yang ingin mulai eksplorasi kulineran di Batu,
berikut beberapa tips berdasarkan pengalaman pribadi:
- Datang
lebih awal – Warung populer sering tutup lebih cepat karena kehabisan
bahan.
- Cari
rekomendasi warga lokal – Kadang info terbaik datang dari obrolan
santai dengan tukang ojek atau pemilik homestay.
- Siapkan
uang tunai kecil – Banyak tempat belum menerima pembayaran digital.
- Gunakan
sepeda motor – Banyak spot tersembunyi di gang atau bukit yang sulit
diakses mobil.
Kulineran bukan hanya soal lidah, tapi juga soal mengenal
budaya, merawat kenangan, dan mendukung pelaku UMKM lokal. Di Batu, setiap
sudut menyimpan rasa dan cerita, menunggu untuk dijelajahi.
Jadi, apakah kamu siap memulai petualangan kulineran selanjutnya?